PRAKATA

SELAMAT DATANG..........DI JENDELA BUDAYA INDONESIA

Semoga anda terhibur dengan sajian kami,.......

Rabu, 26 Januari 2011

BIMA SUCI

BIMA SUCI


Ini adalah adegan pethilan dari lakon bima suci. Raden wrekudara bertemu dengan Dewa Ruci di tengah samudra, sang Dewa Ruci membeberkan wejangan kasampurnaan kepada sang Bima. yuk kita simak.....
Umangsah ambek pejah cancut gumregut manjing, ing samudra tulya dreng, o.......ng, wiraganya legawa_______,o______toya sumaput wentis, meleg ing angganira______, o_____....

Wrekudara termangu di tengah samudra setelah berhasil menyirnakan sang Naga Nemburwana. Merasa putus asa karena air prawitasari yang dicarinya tak kunjung ditemukan, tiba-tiba dihadapan Wrekudara muncul sosok dewa kerdil , ya sang Marbudyengrat atau sering di juluki Dewa Ruci, ngejawantah dengan sinar yang benderang.

Dewa Ruci : "Heh wrekudara! apa yang kamu cari? terdampar di tempat yang penuh dengan mara bahaya ini?"

Sang Bima kaget mendengar suara itu, melihat yang menyapanya sorang wujud anak kerdil.

Bima : "ha,,,,,,,ini makluk apa? bocah tanpa kawan di tempat seperti ini, suaramu tak sopan wahai bocah." 
Bima pun tak sadar jika ia sedang berhadapan dengan Dewa Ruci.

Dewa Ruci :" di sini sepi dan kosong, kau tak akan mendapatkan yang kau cari di sini."

hingga akhirnya Bima sadar ia sedang berhadapan dengan dewa.

Bima :"Haduh pukulun ampuni hamba, hamba khilaf hingga tak sadar berhadapan dengan pukulun, hambamu pasrah oh dewa."

Dewa Ruci :" Iya cucuku, sebenarnya aku sudah mengetahui semua. Kau aalah keturunan Hyang Guru, dari Batara Brahma, Ibumu adalah Kunthi keturunan Wisnu, dengan bapakmu Prabu Pandu Dewanata. Kau sampai disini karna kau disuruh oleh guru mu Bagawan Druna Untuk mencari air suci/prawitasari bukan? disini tidak ada air itu Bima."

Bima :" Duh pukulun sebenarnya siapa, andika ini hingga mengetahui segala hal tentang diri hamba?"

Dewa Ruci :" ketahuilah kulup, aku ini adalah Dewa Ruci ya Merbudyengrat."

Bima :" Kalau begitu Pukulun, hamba measa akan mendapatkan berkah nugraha karna patik bisa bertemu dengan paduka."

Dewa Ruci : " Iya wrekudara, tenangkanlah pikiranmu. Ketahuilah cucuku, hidup memang tak mudah. Ada peribahasa; jangan pergi jika tak ada tujuan, jangan kau makan jika tak kenal dengan makanan yang hendak kau makan. Tahunya karna tanya, dan bisanya hanya meniru, jadi dan kelakuhanya, bagaikan turun gunung ingin beli emas ke kota, kau dapatkan sang emas kamu merasa sukses hidupmu. Begitu juga orang ibadah, kalau tak tahu dan tak kenal yang disembah bakalan jadi sesat.

Bima :" duh pukulun, hamba sudah merasa bersalah di semua gerak dan kelakuhan saya, hamba hanya bisa pasrah pukulun...."

Dewa Ruci :"Kalau kau sudah sadar, sekarang juga masuklah ke dalam guwagarba ku, Bima..."

Bima :" Bagaimana hamba bisa masuk pukulun? Badan paduka hanya sebesar kelingking dan saya perawakan gunung, bagaimana bisa pukulun?"

Dewa Ruci :"heh Bima, kau dengan jagad raya besaran mana? dunia seisinya saja bisa masuk ke dalam guwagarba ku, apalagi hanya kamu sorang manusia belaka...."

mendengar kata-kata Sang Ruci, Bima pun ketakutan. Saat itu juga ewa Ruci menggelengkan kepalanya dan Bima segera masuk ke dalam Guwagarba lewat telinga kiri Sang Merbudyengrat.

Dewa Ruci :" Setelah kau ada di dalam apa yang kau lihat Bima? coba perhatikan!"
Bima :" yang kelihatan hanyalah tempat lapang tanpa tepi, hamba bingung tak tahu arah"
Dewa Ruci:" jangan takut, nanti akan datang pertolongan dewa,,,,"
Sekejap Bima sudah bisa melihat kiblat dan masuk dalam jagad walikan. terlihat seperti duduk berhadapan dengan merbudyengrat.

Dewa Ruci :" wahai wrekudara, perhatikan semua yang bisa kamu lihat!

Bima :" Trerima kasih pukulun, pertama hamba melihat cahaya mancur menyilaukan, hingga hilang seketika muncul warna hitam, merah, kuning, putih, ini apa maksudnya dewa?

Dewa Ruci :"ketahulah bima, cahya yang terlihat tadi disebut juga pancamaya, itu adalah pimpinan hati, disebut juga mukasifat, yang memperlihatkan dengan yang sejati. Perhatikan kekuasaan hati, apa yang diliha jadi pedoman. Dan 4 warna tadi jadi wahana nya hati. Warna hitam merah kuning dan putih merupakan simbol dari godaan, yang akan menghalangi manusia untuk berbuat kebaikan jika tak mengetahui peran dan fungsinya masing-masing. hitam sifat kejahatan, merah menuntun akan mmengumbar nafsu, kuning menuntun pada keinginan, dan hanya warna putih lah yang bisa menuntun kebaikan. Tapi memang tak mudah karna harus menghadapi ketiga musuh yang lain. Dan semua tidak akan tercapai tanpa tuntunan agama Allah."

Bima ;" duh pukulun, Terang hati hamba setelah penjelasan paduka. Setelah hilang warna 4 perkara kok muncul 8 warna selanjutnya, dan terlihat seperti warna muncar, ada yang semu maya, dan ada yang menyala-nyala"
Dewa Ruci:"itu sebenarnya cuma satu bima, dan semua sudah ada pada dirimu. tak beda dengan yang disebut jagad besar dan kecil. Dan selanjutnya ada kiblat dengan warna merah, kuning dan yang lainnya itu. Itu disebut hidup dalam buana, kalau semua musnah akan ngumpul jadi bentuk tunggal. Bukan laki atau perempuan bagaikan lebah beranak gajah. coba perhatikan!"

Bima : " hem,,,,gamblang perasaan hamba pukulun. yang terlihat seperti peputran gadhing dengan cahyanya itu apa sebenarnya oh dewa? apakah itu sebenarnya yang hamba lihat?"

Dewa Ruci :"Bukan Bima,,,itu bukan yang kau cari. yang kau cari adalah yang mumpuni di semua hal dalam dunia ini. Dia hanya berada dalam hati, tak bisa disentuh tetapi jagad seisinya ngabekti kepada-NYa. Dan wujud yang kau lihat sekarang in adalah Pramana namanya
. Dia bertempat di raga, tak beda dengan sebatang anggrek yang hidup di pohon kayu. Ia tidak bisa merasakan suka, duka, makan, tidur dan sebagainya. Dialah roh atau nyawa, jika ia meninggalkan kamu, maka ragamu akan tak berdaya atau disebut mati."

Bima :" Duh pukulun, hamba sudah bisa memahami, bagai mana  roh bertempat di raga. Dan yang hamba cari Dialah Zat yang kekal abadi itu dimana?"

Dewa Ruci :" Ia tak kan bisa kau capai wrekudara,,,,jika kau memaksa syaratnya gampang susah"
Bima :" Jika pukulun tidak berkenan memberi tahu, saya tidak akan keluar dari guwa garba ini dewa, karna hamba sudah merasa nyaman disini. Nikmat dan manfaat."

Dewa Ruci:" oh tidak bisa, kamu tidak akan bisa menetap disana sebelum mati atau tiba waktu mautmu. Sesungguhnya yang kau cari adalah waspada dan hati-hati di segala kelakuhan, tan kuat dengan segala godaan, tidak ada masa permulaanya, lahirnya sukma dalam dirimu, batin mu ada dalam sukma, bagaikan air dengan ombak. Jika kamu mau berusaha niscaya sukses bersamamu, jika harta, ilmu sudah menyatu denganmu jangalah takabur, sebab pada dasarnya manusia hanyalah sarana dan tempat titipan saja. Jangan pernah menyekutukan tuhanmu, jauhilah cinta dunia, kau mati hanyalah membawa aamal perbuatanmu selama di dunia. Dialah Allah yang kekal abadi dengan segala sifat dan keesaaNYA. Laakhaulawalaakhwatta........

Telas wulangane Sang Dewa Ruci, nuya rinangkullunggayanira Sang Bima, winisik saliring rahsa sadaya. Arya Bima padhang tyasira, nampani praptaning wahyu nugraha, sahinnga sekar kudhup semangka wus ambabar. Ambabah ganda awimbuh adhining warna myang gandha rum angambar angebeki buwana, wus mwdhal saking guwa garba, wangsul ing alam madyapada aneng telenging samudra. Dewa rui muksa, Sang Bima sumebut malumpat mring daratan, lumampah anjujur wana pringga.

THE END.

SALAM___