PRAKATA

SELAMAT DATANG..........DI JENDELA BUDAYA INDONESIA

Semoga anda terhibur dengan sajian kami,.......

Selasa, 09 November 2010

DURNA GUGUR

DURNA GUGUR
 
Sepeninggal bagawan bisma, kurawa rapat menentukan siapa yang akan menggantkan posisi sebagai panglima perang. Rapat ini melibatkan semua nayaka praja astina, dan akhirnya sesuai kesepakatan yang akan maju menjadi senopati perang adalah bagawan durna.
Ia adalah guru dari para pandawa dan kurawa itu sendiri, dari padepokan sokalima Durna memiliki satu anak yaitu aswatama.
 
Dalam perang ini durna menggunakan gelar perang cakradwiha, gelar perang yang sangat langka.
begitupun para pandawa, setelah  mendengar berita ini  juga mengadakan rapat untuk menentukan panglima perang. Dalam rpat pandawa ditentukan raja pancala lah yang akan menandingi bagawan durna. Tak lain dia adalah saudara angkatnya bagawan durna sendiri. Siapa dia raja pancala? dialah prabu drupada, juga mempunyai hubungan sebagai mertua para pandawa.

genderang perang pun dimulai, tegal kurusetra penuh bagaikan lautan dengan ombak yang bertempur. akhirnya sang senopati bertemu di tengah-tengah arena, bertandinglah bagawan durna dan prabu drupada. Di awal prabu drupada bisa membuat porak porandabarisan yang dipimpin durna.  Durna tiba saatnya mengeluarkan senjata andalannya yaitu keris cundamanik, keris ditancapkan di dada sang drupada dan akhirnya gugur sebagai pembela kebenaran.
 setelah gugurnya prabu drupada, putra pandawa gatotkaca melapor kepada prabu puntadewa bahwa prajurit amarta porak poranda tanpa senopati. Prabu puntadewa tertegun dengan kejadian ini, di tenah kebingungannya ia memerintahkan gatotkaca untuk memanggil raden abimanyu(anak arjuna), menurut wawasannya haanya abimanyulah yang bisa membelah gelar perang pandita durna. Karna waktu itu keadaan lagi genting raja amarta lupa, ahwa abimanyu dilrang untuk ikt berperang karna ia pemilik wahyu cakraningrat yang nantinya akan menurunkan raja-raja dibawahnya, lagipula saat itu istri angkawija dalam keadaan hamil. Tak banyak tanya gatotkaca pun berangkat menyampaikan perintah tersebut. Setelah bercerita dengan abimanyu, abimanyu pun bagaikan dicambuk mendengarnya. Ia langsung berangkat menuju peperangan. Kejadian inipun tidak diketahui oleh para pepunden. Tapi sayang pupus sampai disini, raden abimanyu gugur dengan keadaan yang memprihatinkan. Seribu macam senjata trtancap di badannya. Ia gugur sebagai kusuma bangsa.

  Melihat kejadian ini prabu kresna (penasehat perang pandawa) cepat mengambil tindakan, ia mencari akal untuk mengalahkan durna. Karena ia tau bahwa para pandawa tidak akan ada yang bisa menandingi kesaktian durna. Rapat pun digelar di tengah-tengah terjadinya peperangan, dan diputuskan senopati pengganti prabu drupada adalah raden drustajumena, tak lain adalah anak dari prabu drupada itu sendiri.
Sang senopati baru maju, tapi ia kewalahan menghadapi pasukan yang dipimpin durna. Di saat inilah prabu kresna memuai taktinya. Ia memberikankomando kepada semua prajurit pandawa untuk bersorak "aswatama mati" padahal yang sebenarnya terjadi yang mati adalah hestitama, gajah tunggangan prabu garda pati (panglima pengapit durna).
Sorak sorai bala pandawa pun terdengar sampai telinga pandita durna, ia kebingungan dan memastikan kebenaran berita itu. Ia berlarian mencari prabu puntadewa untuk menanyakan hal ini, ia yakin padanya karna prabu puntadewa selama hidupnya tidak pernah bohong. Tapi karna ehendak tuhan, pendengaran durna waktu itu terganggu, prabu puntadewa menjawab hestitama tetapi kedengaran di telinga durna aswatama. Pingsan seketika bagawan durna, kejadian ini diketahui oleh drustajumena. Senopati pandawa menggunakan kesempatan ini, ia langsung menebas leher bagawan durna. Gugurlah durna dalam pertempuran ini.

Kesimpulan yang dapat kita petik dari kisah diatas adalah:
a. bahwa medan peperangan adalah tempat berperang, yang ada disana adalah hanya musuh dengan musuh. Harus bisa memisahkan antara kewajiban an kecintaan kita kepada keluarga.
b. sebagai generasi muda kita harus berani berjuang membela tanah air kita, membebaskan dari penjajahan jangan sampai kalah dengan yang tua.
c. jangan pernah takut untuk membela kebenaran, sekalipun harus mati....matinya dijalan kebenaran insyaallah sahid.
d. untuk melakukan segala hal kita harus cermat, harus bisa mengukur kekuetan kita dengan lawan. Jangan asal maju atau berani.

ok guest....mdah mudahan berguna bagi kita semua, salam.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar